
Ayah korban pembunuhan oleh suami di Kundur, Kaisul (48). Foto: Kurasidata.com
Karimun, KURASIDATA.COM – Ba’da Zuhur, Kaisul tampak terbaring lelah di lantai rumahnya dengan tidak menggunakan alas apapun. Agaknya ia masih merasakan kepenatan batin dan pikiran pasca kepergian puteri bungsunya, Risma Fatmawati.
Ia bahkan tidak menyadari beberapa kali ucapan salam dari orang yang mendatangi kediamannya di Perumahan Suku Duane, RT 003/RW 001, kelurahan Tanjungbatu Kota, Kecamatan Kundur, Senin (6/5).
Sesaat kemudian Kaisul tersadar lalu menyambut dan mempersilahkan orang tersebut masuk. Ia menyambutnya dengan ramah.
“Sekejap saya pakai baju dulu,” katanya yang tersentak dari pembaringan.
Setelah mengetahui maksud dan tujuan kedatangan tamu tersebut, ia lalu mengisahkan bagaimana cerita nestapa dibalik tewasnya putri bungsunya itu di tangan suaminya sendiri, Iwan (23).
Dalam kesehariannya, korban yang masih berusia 18 tahun itu bekerja dengan membuat tikar anyaman untuk dikirimkan ke pemesan. Sehari sebelum kejadian ia bahkan telah menyelesaikan pekerjaannya.
“Sabtu siang sebelum pagi kejadian, dia [korban] masih ada mau packing tikar anyaman itu mau dikirim, jadi malamnya bantu kawannya lagi. Pukul 23.00 WIB itu pulang ke rumah mau menidurkan anak dan tidak kembali,” ungkapnya.
Tidak disangka, momen itu menjadi hari terakhir Risma hidup. Ia kemudian ditemukan tewas dengan kondisi ditusuk sikat gigi pada pagi harinya. Setelah kejadian itu sang suami justru tidak terlihat.
“Pagi pas mau antar tikar kondisinya sudah begitu, meninggal dunia. Iwan pun lalu ditangkap,” katanya.
Di tengah pergumulan batin yang begitu hebat, sisi kemanusiaannya muncul ketika Kaisul mengetahui jika pelaku dihadiahi ‘timah panas’ oleh polisi pada bagian kaki kiri.
“Saya sempat tanya juga ke polisi kok dia [pelaku] ditembak. Kasian juga. Kita lihat dari sisi kemanusiaan juga, terlepas dia sudah bunuh anak saya,” ucapnya.
“Saya iba melihat dia, karena pelaku ini memang begitu baiknya dengan saya,” katanya lagi.
Di satu sisi juga, Kaisul yang merupakan kepala suku Duane di wilayah itu, menyangkan isu dari keterangan pelaku yang menjelaskan bahwa motif pelaku melakukan pembunuhan terhadap putrinya itu sebabkan perselingkuhan.
“Isu selingkuh, tidak masak, dan lain-lain itu tidak benar. Kita tidak salahkan dia, tapi begitu lah keterangan orang yang salah,” tegasnya.
Pun demikian, bapak empat anak itu kini mengaku pasrah menghadapi musibah yang dialami. Ia bersama keluarga telah ikhlas melepas kepergian Risma yang meninggalkan satu orang anak berusia 2 tahun 3 bulan.
“Mungkin suratan hidup anak saya sudah sampai. Allah menentukan ini lah jawaban semua masalah mereka yangs sering cek-cok. Menangis pun semua sudah terjadi,” ucapnya dengan mata berkaca-kaca.
“Kami tidak minta dihukum yang berat, tapi cukup setimpal dan adil. Tapi kalau seumur hidup kasian menderita juga dia di sana. Apalagi dia juga masih muda. Biarlah karma yang menghukumnya,” tutupnya. (RgR)