Ilustrasi mental. Foto: istock

“Penyakit Mental bukanlah hal yang memalukan, tetapi stigma dan bias yang mempermalukan kita semua,”

– Bill Clinton –

Mental Healty atau kesehatan mental merupakan istilah dari terwujudnya keserasian yang sungguh-sungguh antara fungsi – fungsi kejiwaan. Serta terciptanya penyesuaian diri sendiri antara manusia dengan dirinya dan manusia dengan lingkungannya.

Mental Healty merujuk pada seluruh kesehatan dan perkembangan aspek dalam kehidupan baik secara fisik maupun psikis.

Kesehatan mental merupakan bagian dari upaya mengatasi stress, impotensi diri, juga bagaimana berinteraksi dan  berhubungan dalam pengambilan keputusan. Kemudian Mental Healty berkaitan dengan keadaan setiap individu agar terhindar dari gejala neurose (gangguan jiwa), dan gejala psychose (penyakit jiwa).

Indonesia National Adolescent Mental Healty melakukan survei pada tahun  2022 hasilnya menunjukkan 15,5 juta remaja mengalami masalah mental dan 2,45 juta remaja mengalami gangguan mental. Pemaparan data tersebut menunjukkan bahwa kondisi kesehatan mental remaja di Indonesia sangat memprihatinkan.

Contoh Gangguan Mental Healty pada Gen Z

Dewasa ini, terdapat beberapa kasus yang pernah terjadi terkait gangguan Mental Healty pada kalangan remaja karena penggunaan teknologi berlebih. Antara lain:

Pemain game Mobile Legend yang mengalami gangguan jiwa akibat kecanduan dan ketergantungan pada gadget atau media onlinenya. Sehingga tidak melakukan kegiatan-kegiatan sosial kemasyarakatan  yang menyebabkan gangguan pada psikis dan  mentalnya. Karena kurangnya interaksi dengan orang lain dan lingkungan sekitar.

Gangguan jiwa yang terjadi antara lain: mudah merasa tersinggung, seringkali melalaikan kewajiban dan aktivitas yang seharusnya mereka tuntaskan.  Dan juga terkadang melawan orang tua, tidak memperdulikan keadaan dan situasi yang sedang terjadi karena candu berlebih, temperamen terhadap orang-orang sekitarnya, serta beberapa gangguan jiwa lainnya.

Kemudian ada pula contoh kompleks Mental Healty yang terjadi pada Mahasiswi pada kampus swasta sekitar Lombok Timur. Dalam beberapa waktu terakhir karna beberapa faktor. Antara lain :

Pertama, keinginannya untuk memperdalam ilmu filsafat, tasawwuf namun tanpa pendampingan dari Murobbi. Dan menjadikan gadget sebagai rujukan utama dalam memperdalam hal tersebut. Lalu memilih untuk ber‘uzlah, sehingga menjauhi keramaian dan selalu menyendiri tanpa mengindahkan lingkungan sekitar.

Kedua, terlalu terobsesi pada sosok yang menjadi idolanya, sehingga menyebabkan halusinasi berlebih.

Ketiga, tidak menyalurkan atau mendiskusikan terkait permasalahan yang sedang terjadi, sehingga permasalahan tersebut ia rasakan dan pendam sendiri.

Keempat, kurangnya komunikasi dengan orang tua, sanak saudara, dan keluarga.

Kelima, kepribadian yang belum matang dalam melakukan kegiatan yang bersifat sufistik lalu kurangnya kontrol emosi dan ketidakyakinan yang meningkat terhadap terwujudnya sesuatu yang menjadi

Solusi bagi Gen Z

Maka, sebagai Gen Z yang bergelut di era Society 5.0 dengan kecanggihan teknologi yang ada akan lebih baik jika memanfaatkan teknologi pada sektor-sektor yang memberikan manfaat untuk kehidupan selanjutnya. Serta senantiasa memilah dan memilih informasi apa yang sebaiknya  menjadi objek analisis atau hanya mengetahui tanpa perlu terlibat lebih dalam.

Adapun solusi tazkiyatunnafs terhadap Mental healty, khususnya pada remaja dalam menjalani fase-fase kehidupan agar senantiasa dalam ketenangan dan mampu mengelola cara pandang serta tidak terdoktrin oleh pengaruh negatif teknologi digitalisasi, antara lain  adalah:

Memperkuat iman agar selalu merasa dalam pengawasan dan perlindungan Allah SWT, menjalankan perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya, menjauhkan diri dari sifat-sifat tercela seperti (sombong, riya’, ujub, dan sebagainya), selalu menyambung tali silaturrahim, membangun hubungan dan relasi yang kuat dengan (orang tua, saudara, keluarga, teman dan orang-orang dilingkungan sekitar) dan sebagainya.

Juga, dengan berbekal kesadaran dan kepedulian generasi muda terhadap Mental Healty, tentu akan memudahkan Demografi bangsa Indonesia dalam membangun generasi emas  yang senantiasa berjuang.

Sumber: Mubadalah.id

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *